Yudicium Mahasiswa STIT Sunan Giri Bima digelar


Syukri Abubakar.Tepat pukul 08.30 wita, kegiatan yudicium mahasiswa STIT Sunan Giri Bima angkatan XIII digelar di area kampus. Yudicium kali ini diikuti oleh 159 orang yang terdiri dari 111 orang mahasiswi dan 48 orang mahasiswa.
Dalam sambutannya, ketua STIT Sunan Giri Bima menyampaikan beberapa pesan dan harapan;
Pertama, tetap menjaga ikatan bathin, hubungan emosional, tali silaturrahim dengan almamater.

Walaupun sudah menjadi alumni, pak ketua mengharapkan agar mahasiswa tidak melupakan jasa baik civitas akademika, tenaga kependidikan dan tenaga pendidik yang telah banyak membantu selama proses menimba ilmu. Jika hal itu dilupakan, sambungnya, maka seperti kacang melupakan kulitnya. Nabi Muhammad Saw. bersabda:


لاَ يَشْك�ر� اللهَ مَنْ لَمْ يَشْك�رْ ل�لنَّاس�
“Tidak bersyukur kepada Allah Swt. orang yang tidak tau berterima kasih kepada sesama manusia�.
Begitu juga dalam hadist Qudsi Allah Swt. berfirman:

 Ù…َنْ لَمْ يَشْكÙ�رْ عَلىَ Ù†Ù�عَمَائÙ�Ù‰ Ù�َلْيَخْرÙ�جْ بَيْنَ السَّمَاءÙ� ÙˆÙŽ اْلأَرْضÙ� Ù�َلْيَطْلÙ�بْ رَبًّا سÙ�وَاى
“Barangsiapa tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak bersabar terhadap bala’-Ku maka keluarlah dari langit dan bumi-Ku dan carilah Tuhan selain Aku.�
Oleh sebab itu, beliau berharap agar mahasiswa harus pandai-pandai berterima kasih dalam menjalani kehidupan ini. Adapun bentuk terima kasih yang diharapkan oleh beliau adalah dengan membantu mensosialisasikan almamater tercinta ini di kalangan keluarga dan masyarakat terdekat dengan menunjukkan jatidiri bahwa saya adalah alumni STIT Sunan Giri Bima. 
Kedua, ilmu yang diperoleh selama dalam bangku perkuliahan, diharapkan untuk diamalkan, jangan hanya disimpan dalam benak saja.  Beliau menyitir sebuah hadist Nabi Muhammad Saw. yang menggambarkan keadaan orang yang berilmu.

لاَ يَك�وْنَ الْمَرْء� عَال�مًا حَتَّى يَك�وْنَ ب�ع�لْم�ه� عَام�لاً
“Tidaklah dikatakan berilmu seseorang sampai ia mengamalkan ilmunya�.
Hal ini menunjukkan bahwa seseorang itu baru diketahui memiliki ilmu jika ia tunjukkan kepada orang lain dengan cara mengamalkannya.  Memperkuat argument tersebut, beliau kutip sebuah hadist lain yang berbunyi:

اَلْعَال�م� ب�ع�لْم�ه� لَمْ يَعْمَلْ م�عَذَّبٌ قَبْلَ ع�بَّاد� الْوَثَن�
Hadist ini menegaskan bahwa orang yang memiliki ilmu lalu tidak mengamalkannya, maka akan disiksa sebelum disiksanya penyembah berhala. Oleh sebab itu, beliau sekali lagi mengharapkan agar ilmu yang telah dicurahkan oleh para tenaga pendidik agar diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, jangan puas dengan ilmu yang dimiliki. Artinya, jangan berhenti belajar walaupun sudah diwisuda. Belajar itu tidak ada kata berhenti. Bahkan Nabi Muhammad Saw. menginformasikan bahwa belajar itu dimulai sejak dalam buaian atau ayunan sampai liang lahad. Begitu juga, beliau berpesan agar setelah mendapatkan gelar sarjana ini, jangan sombong dan angkuh, ikutilah falsafah padi. Semakin ia bertambah banyak bijinya, semakin ia menunduk. Oleh sebab itu, jika merasa memiliki ilmu yang banyak, maka sifat sombong dan angkuh itu harus dibuang jauh-jauh.
Keempat, menjadi intelektual muslim sejati. Dalam arti bahwa mahasiswa itu harus berpikir kritis, tidak cepat terbawa arus emosional. Misalkan jika ada informasi, maka ditelaah dahulu informasi itu, diklarifikasi dahulu informasi itu, diteliti lagi informasi itu, dari mana sumbernya sehingga kita mendapatkan informasi yang benar dan valid.
Terakhir kelima, beliau berpesan agar menjaga moral, karena hal ini berkaitan dengan harga diri pribadi masing-masing mahasisa dan harga diri almamater, karena jika bermoral baik, maka dirinya dan almamater akan disanjung-sanjung, tapi jika bermoral buruk, maka dirinya dan nama almamater akan terbawa-bawa juga pengaruh negatifnya.
Sementara itu, ketua yayasan Darut Tarbiyah Bima Drs. H. Muhammad H. M.Nur dalam sambutannya berpesan agar istiqamah dalam memperjuangkan kemajuan almamater STIT Sunan Giri Bima. Beliau melihat perkembangan STIT akhir-akhir ini sangat memprihatinkan, dengan jumlah mahasiswanya yang sangat minim. Oleh sebab itu, beliau berharap agar ke depan, diutamakan sosialisasi almamater ke masyarakat lebih ditingkatkan lagi, lebih digencarkan lagi, lebih digiatkan lagi sehingga animo masyarakat untuk memasukkan putra putrinya di kampus ini kembali bergairah.
Di samping itu, beliau juga berharap agar dibina kekompakan, kebersamaan dan gotong royong dalam membesarkan dan mengembangkan kampus ini.
Wallau a’lam

Bima, 17 Desember 2014