Penyuluhan TB PARU oleh Pegawai PUSKESMAS MPUNDA

Syukri Abubakar. Kemarin selasa, 7 oktober 2014 saya kedatangan tamu dua orang perempuan cantik yang mengaku utusan dari Puskemas Mpunda. Ia menyodorkan ke saya amplop surat yang katanya, isinya mau melakukan penyuluhan tentang penyakit menular TB PARU di kampus STIT Sunan Giri Bima pada hari kamis besok.
Menanggapi permintaan tersebut, saya bilang, saya tidak bisa memutuskan untuk menerima

atau menolaknya karenanya saya sarankan menghadap pak Ketua saja. Saya mengajaknya menghadap ke ruang pak ketua. Saya menyampaikan ke pak Ketua bahwa ada tamu dari Puskesmas MPUNDA yang ingin melakukan penyuluhan TB PARU di Kampus besok hari kamis. Pada prinsipnya beliau menerima usulan tersebut dan meminta saya untuk melihat waktu luang mahasiswa agar bisa berkumpul semua di AULA. Saya katakan kalau hari kamis, mahasiswa semseter 7a tidak ada dikampus karena tidak ada jadwal kuliahnya, saya sarankan agar pelaksanaannya diajukan pada hari Rabu, 8 Oktober 2014 sehingga semua mahasiswa bisa ikut semua. Saya tambahkan lagi bahwa pelasanaannya kalau bisa sekitar jam 09.30 agar perkuliahan jam pertama dan kedua bisa dilaksanakan. Usulan saya tersebut diamini oleh pak ketua dan utusan dari Puskesma MPUNDA tersebut.

Tepat jam 09.30 tadi pagi, penyuluh dari Puskesmas MPUNDA datang ke kampus dengan mobil berwarna putih bertulis PUSKESMAS MPUNDA. Dari Mobil itu turun tiga orang ibu-ibu yang siap dengan alat-alat presentasi, alat peraga dan tentu saja konsumsinya.
Saya persilahkan mereka untuk menuju AULA yang sudah disiapakan dan sebagian mahasiswa yang dari tadi sudah menunggu. Sebelum masuk AULA, salah satu dari mereka membisikkan ke saya bahwa yang mereka butuhkan hanya 35 sampai 40 mahasiswa saja karena konsumsinya hanya disediakan segitu dan utamakan yang laki-laki. Maka saya suruh sebagian mahasiswa untuk tetap lanjut kuliah dan sebagian lagi mengikuti acara ini. Saya bilang kalau ndak cukup konsumsinya, biar sebagian dibagi jajannya dan sebagian yang lain dibagikan minumannya.
Ketika acara mau dimulai, saya mendatangi pak ketua meminta beliau untuk menyampaikan sambutan sebelum ibu-ibu ini menyampaikan materinya. Pak ketua menyerahkan kepada saya untuk mendampingi acara penyuluhan ini.
Pada kesempatan ini, saya sampaikan bahwa pak ketua mendelegasikan kepada saya untuk menyampaikan sambutan ini. pertama-tama, saya menyampaikan permohonan maaf karena ketua tidak bisa mendampingi. Saya mengucapkan terima kasih banyak atas kunjungan ini karena ilmu yang akan disampaikan nanti tidak akan pernah diperoleh selama perkuliahan. Oleh karena itu, saya meminta mahasiswa untuk menyimak sebaik-baiknya apa yang akan disampaikan nantinya. Ilmu itu bisa berguna untuk kita sendiri atau kita tularkan ke keluarga atau tetangga dekat kita.
Kemudian dalam paparannya, Ibu Hj. Juhriah, menjelaskan tentang tentang sejarah penemuan TB PARU, gejala-gejalanya, cara penanganannnya dan obat yang perlu diminum sehingga TB PARU itu bisa sembuh. Beliau memaparkan sudah berapa orang yang meninggal akibat TB PARU ini, khusus di Bima sebenarnya banyak orang yang terjangkiti penyakit ini namun pihak beliau kesulitan menemukannya. Hal ini terjadi akibat dari sikap sebagian masyarakat yang tertutup dalam memberikan informasi atau mereka tidak segera datang ke puskesmas untuk memeriksakan penyakitnya. Mereka baru datang ke puskesmas kalau penyakitnya sudah sangat parah. Beliau menghimbau mahasiswa agar membantu pegawai kesehatan untuk memberikan informasi ke masyarakat bahwa penyakit TB PARU ini adalah penyakit menular dan berbahaya. Oleh sebab itu, jika terdapat gejala-gejala seperti yang dijelaskan itu menimpa saudara, tetangga atau orang-orang di sekitar lingkungannya, maka segera mendatangi puskesmas karena disanalah tempat yang tepat untuk mengobati penyakit TB PARU ini. Obatnya gratis dan diminum secara rutin selama 6 bulan.
Beliau menekankan jika ada gejala tersebut, maka tindakan yang pertama adalah mendatangi puskesmas, jangan mendatangi dokter karena obat yang diberikan oleh dokter tidak akan menyembuhkan penyakit TB PARU ini. Obatnya hanya ada di puskesmas di seluruh Indonesia GRATIS karena memang obat ini merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesengsaraan masyarakat.
Beliau juga mengingatkan bahwa penyakit TB PARU ini bukan dari hasil guna-guna, santet atau apapun yang berbau mistis lainnya. Penyakit ini murni karena paru-parunya sudah rusak, terluka dan bolong-bolong sehingga ketika pasien ini batuk, maka akan keluar darahnya. Beliau bercerita, pernah ada seorang pegawai yang malu memeriksakan sakitnya ke puskesmas tapi ia memeriksakan penyakitnya ke dokter di luar daerah bahkan sampai ke luar negeri. Dokter di luar negeri itu, mengatakan bahwa obat penyakit anda ini ada di puskesmas di seluruh indonesia, ndak usah jauh-jauh kemarin. Namun karena perasaan malu tadi, orang tersebut tidak mempedulikan saran dokter luar negeri itu dan akhirnya ia meninggal dunia.
Jadi menurut beliau, kita tidak perlu malu memeriksanakn penyakit TB PARU ini karen memang penyakit itu harus segera disembuhkan dan obatnya sudah ada GRATIS di seluruh puskesmas, tinggal masyarakatnya saja yang harus menyadari akan akibat dari penyakit itu. Oleh sebab itu, janganlah kita malu memeriksanakan penyakitnya. Lebih lanjut beliau tekankan agar kita yang normal ketika mendengar orang batuk, jangan langsung  divonis dia itu TBC karena pemvonisan seperti itu akan membuat dia rendah diri dan menjauh dari lingkungan sekitar. Caranya, kita sarankan dia untuk segera memeriksa ke puskesmas. Disana dia akan diperiksa dahaknya di LAB. Dari hasil LAB itu akan bisa menentukan apakah dia mengidap penyakit TB PARU apa tidak.
Itulah beberapa hal yang saya tangkap dari hasil pertemuan tadi.

Wallahu a’lam bissowab
Bima, 8 Oktober 2014