Internasional Of Studium General “Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab Di Era Kontemporer”

STIT BIMA-Kota Bima (23/10) STIT Sunan Giri Bima menyelenggarakan Studium Generale bertajuk “Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab Di Era Kontemporer”. Narasumber yang dihadirkan tidak main-main, beliau ialah salah satu Muhaqqiq Literatur Keislaman Universitas al-Azhar Kairo, Mesir. Beliau bernama “Syaikh Alaa Kamal Ahmed Osman”, salah satu pembina MAN PK Mataram yang Oktober 2023 akan berakhir masa kontraknya dan kembali ke Mesir.

Ketua STIT Sunan Giri Bima bapak Irwan Supriadin J.,M.Sos.I dalam sambutannya mengajak semua mahasiswa untuk serius menyimak dan mempelajari bahasa Arab. Mengingat urgensi bahasa Arab sebagai salah satu bahasa Internasional dan bahasa kubur dalam konteks keimanan kaum muslim. “Oleh karena itu saya mengharapkan kepada seluruh mahasiswa agar kiranya dapat menyimak dengan baik apa yang disampaikan oleh beliau karena pertemuan ini adalah kesempatan yang sangat mahal dan langka kita bisa bertemu langsung dengan alumni universitas Al Azhar yaitu universitas Islam tertua di Dunia” tutupnya.

Syekh Alaa Kamal Ahmed Osman menjelaskan, urgensi bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur’an dan Hadis sangat penting untuk dipelajari. Sebagaimana para sahabat nabi SAW, Umar bin Khattab juga menyerukan hal yang serupa. Mengutip pendapat Imam att-tabari, “saya heran kepada orang-orang yang membaca al-Qur’an tapi tidak memahami artinya “. Pungkasnya. Syekh mempertanyakan, bagaimana orang Indonesia menikmati al-Qur’an tanpa memahami isinya. Padahal  al-Qur’an adalah sebuah kitab suci, namun secara bersamaan al-Qur’an juga sebagai sebuah kitab yang harus dipahami pula dengan pendekatan syair (studi bahasa) agar mampu memahami isinya secara sempurna.

Lewat bantuan sekertaris prodi Pendidikan Agama Islam sebagai penerjemah, Ibu Nurlaila, M.Pd menyambung pesan syekh bahwa umumnya orang-orang non-arab menganggap bahasa Arab itu sulit dikuasai. Padahal yang perlu dilakukan adalah mendekatinya dengan metode yang tepat. Bahasa Arab harus dibiasakan secara kesehariannya, terlebih penggunaan kosa kata yang biasanya bersentuhan langsung dengan kehidupan keseharian kita.

“wahai saudaraku yang terkasih, salah satu yang harus dipahami oleh para penjntut ilmu adalah memiliki kemauan yang kuat. Belajar adalah kewajiban sepanjang hayat dan tidak mengenal zaman. Namun ada beberapa penuntut ilmu, ketika pulang ke kampung halaman malah tidak mau membuka kembali pelajarannya”, pungkasnya.

Ada beberapa tahap yang bisa dilakukan oleh para penuntut ilmu dalam prosesnya, yakni : Memiliki tekad yang kuat, Melakukannya step by step, memelihara waktu, ikhlas, dan Belajar sepanjang zaman.

Step yang dimaksud ialah; 1) Memulai dari hal-hal kecil, 2) Mempelajari hal yang sederhana ke kompleks, 3) Meninjau lebih dulu matan ilmu, 4) Meninjau landasan /kutipan catatan kaki (footnote). Selain itu, modal terbesar yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu adalah waktu. Waktu sangat berharga dan tidak bisa dipulihkan kembali, manfaatkan waktu dengan sebaik mungkin. Pembelajar harus berlaku ikhlas dalam ilmu karena Allah SWT. Karena ilmu juga sebagai sebuah ibadah, sebagaimana firman  Allah SWT dalam QS. Az-Zumar ayat ke-2 yang artinya; “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu Kitab (wahai Muhammad) yang sebenarnya. Maka sembahlah Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam agama”.

“Barangsiapa mencari ilmu tidak untuk mendapatkan wajah Allah, melainkan hanya untuk dunia semata. Niscahya ia tidak akan pernah mencium bau surga”, tutupnya.

Mengutip pendapat Imam syafi’i, beliau berpesan ; “seseorang tidak akan bisa menggapai ilmu jika tidak menjaga enam hal, yakni:

  1. Kemampuan memahami secara tepat apa yang disampaikan oleh guru,
  2. Kesadaran yang kuat dalam menggunakan waktu
  3. Kesungguhan untuk menuntut ilmu
  4. Memiliki modal (berupa materi dan kesiapan)
  5. Bersahabat dengan ustadz (Guru)
  6. Mempelajari ilmu sepanjang zaman.

            Pada kesimpulanya beliau menyampaikan, ilmu ushul itu kita pelajari sebagai media kita kembali mentadaburi isi al-Qur’an. Mengingat induk ilmu sesungguhnya adalah al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan sebuah kitab yang berisi teks-teks suci yang harus kita pelajari, imani, kita lestarikan melalui proses pembelajaran sebagai proses budaya. Mengingat isi al-Qur’an sebagai petuntuk dan cahaya bagi umat muslim.

            ZX-01