RAMADHAN DAN KITA

Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam urutan kalender Hijriah yang memiliki nilai istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada bulan ini, kaum muslim melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Ramadhan juga merupakan bulan disyariatkannya puasa bagi umat nabi Muhammad saw., ibadah ini pertama kali disyariatkan pada tahun ke-2 Hijriyah ketika di tahun yang sama Rasulullah saw menerima perintah untuk memindahkan arah kiblat dari Masjidil Aqsa Palestina ke Masjidil Haram Mekkah.

Ramadhan adalah sayyidusuhur, atau penghulu bulan-bulan lainnya, bulan yang penuh dengan nilai-nilai pendidikan, kepedulian sosial dan bulan yang melatih kepekaan diri seorang hamba kepada sesamanya.

Puasa menurut syariat adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar (subuh) hingga terbenamnya matahari (Maghrib) dengan niat karena Allah disertai dengan syarat-syaratnya, dan tujuan puasa adalah agar kita bertakwa.

Puasa pada hakikatnya bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum. Ada makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya. Puasa adalah waktu untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan, mempertebal iman dan takwa, serta kepekaan nurani setiap hamba, Oleh karena itu, puasa harusnya meningkatkan kesadaran diri seorang hamba agar terhindar dari perbuatan tercela, semakin dekat dengan Tuhan dan memiliki sensitivitas terhadap kehidupan sosialnya sehari-hari, dengan kata lain ibadah puasa akan mempertajam spiritualitas dan memperhalus sensitivitas diri seorang hamba yang di dalamnya terkandung dimensi keilahian dan kemanusiaan.

Dalam konteks ibadah mahdhoh, puasa ramadhan identik dengan ibadah utama yang diiringi oleh aktivitas ibadah sunnah lainnya seperti tarawih, tadarrus, qiyamul lail dan memperbanyak sedekah.

Sebagai hamba yang beriman, kita tidak harus bertanya kenapa ada perintah puasa, kita hanya melaksanakannya dengan ketundukan dan kepasrahan total, dan menyerahkan hakikat perintah sepenuhnya kepada-Nya. Sebab, semua ibadah yang kita laksanakan adalah bentuk penyerahan diri secara total dan bentuk cinta dan ketaatan kepada-Nya, semua bentuk ibadah adalah refleksi sikap penghambaan diri kita di hadapan Allah.

Sebagai ibadah yang sangat personal, puasa adalah urusan antara seorang hamba dengan Tuhannya (kullu ‘amal ibn Adam lahu illas-shiyaam, fainnahu lii wa ana ajzi bihi). Puasa adalah penyucian jasmani untuk membersihkan tubuh dari toxic yang bersarang di dalam tubuh, juga berfungsi sebagai ibadah rohani untuk membersihkan jiwa dari ketamakan, keangkuhan dan penyakit hati lainnya.

Dalam hadis dikatakan bahwa puasa adalah perisai, yang secara alamiah akan melindungi orang yang berpuasa dari hal-hal yang melenceng yang dapat mengotori jasmani dan rohaninya, bahkan dalam al-Qur’an, dijelaskan bahwa puasa adalah medium yang akan mengantarkan kita untuk mencapai gelar taqwa (la’allakum tattaquun).

Saat berpuasa, di sadari atau tidak, seorang hamba sedang melakukan penyucian jiwa sekaligus melakukan penyucian dan pendakian spiritual untuk menyatu dengan Sang Khalik. Ibadah sunnah yang mengiringi puasa ramadhan tarawih, tadarrus al-Qur’an, qiyaamul-lail, bersedekah pada akhirnya akan mengantarkan orang berpuasa untuk semakin dekat kepada-Nya.

Puasa yang dilaksanakan dengan sepenuh hati dan keikhlasan akan mentransformasi spiritualitas pelakunya dan akan teraktulisasi dalam berbagai dimensi, baik dimensi spiritual keilahian maupun dimensi sosial kemanusiaan.

Mudah mudahan Allah SWT panjangkan umur kita untuk menuntaskan seluruh rangkaian ibadah selama sebulan penuh
Aamiin…