BAMBU DAN GERGAJI : SUDUT PANDANG PECINTA SENI

Tulisan ini kebetulan terinspirasi dari status yang lewat di beranda Facebook STIT Bima. Tulisan anak muda berbakat yang juga mahasiswa PAI Semester 5. Hanya tulisan receh namun saat dibaca syarat makna dan renyah.

Ceritanya dimulai dari aktivitas mereka yang mengisi waktu libur untuk berbuat hal-hal sederhana. “Memegang parang, gergaji, dan berkeringat lebih baik dari pada mengoceh membuka aib sendiri, apalagi besar pasak dari pada tiang”, ungkap anak muda yang biasa disapa Ambrin ini.

Menggunakan sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan teman sealmamaternya, kreativitas baginya lebih mahal dibanding menjual konsep tanpa praktik nyata. Sekecil apapun perbuatan lebih baik ketimbang dengan berpangku tangan sambil mengoceh tanpa unjuk kerja. Nampaknya kerja pasti bersama LBC lebih baik dari basa-basi.

LBC STIT BIMA berusaha membangun potensi mahasiswanya menjadi pribadi-pribadi yang multi talenta. Selain sebagai pendidik profesional, mereka juga dituntut untuk siap menjadi pendakwah/da’i  yang punya jiwa entrepreneurship. Harapannya, suatu saat nanti dengan ijazah formal dan skill yang dipelajari di STIT Sunan Giri Bima akan merubah pola pikir generasi mudanya untuk tidak menjadi pengemis atau modal ludah untuk mencari pekerjaan. Namun ada hal yang bisa mereka lakukan, meskipun itu sepele. Tidak penting berapa banyak uang hasil keringatmu, tapi halalkah uang yang kau bawa ke rumahmu?

Diakhir cerita, bambu itu rupanya diolah menjadi Gelas Bambu. Biar gak jomblo gelas itu harus diisi dengan kopi, lengkap dengan model cantiknya. Hehe…