Konsep Nasakh Mansukh dalam Mengamandemen Agama-Agama Pra-Islam Digugat


Syukri Abubakar. Saya kemarin mampir di web nya Islam Liberal disitu terdapat tulisan oleh Sa’dullah Affandi yang diberi judul, yang dalam pandangan saya pribadi sangat provokatif dan kontroversial; Menggugat Konsep Al-Nasakh Wa Al-Mansukh Dalam Mengamandemen Agama-Agama Pra-Islam.

Kita mayoritas umat Islam sepakat bahwa agama samawi yang berjumlah tiga buah itu sama-sama diturunkan melalui wahyu. Agama Yahudi yang diturunkan kepada Nabi Musa dengan kitab Tauratnya.
Agama Nasrani yang diturunkan kepada Nabi Isa dengan kitab Injilnya. Agama Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan kitab al-Qur’annya. Dalam pandangan umum kita, dua agama terdahulu sudah tidak berlaku lagi alias sudah dinasakh oleh al-Qur’an, sehingga mereka seharusnya masuk semua agama Islam. Namun dalam kenyataannya, yang terjadi tidaklah demikian. Malah kedua penganut agama terdahulu terlihat tidak mengakui kebenaran ajaran agama Islam. Malah mereka mengatakan bahwa kita ini adalah domba-domba yang tersesat sehingga perlu diajak ke jakan lurus. Dan yang lebih mengherankan lagi, pemikir Islam Liberal mengklaim bahwa ayat-ayat yang dianggap menasakh agama-agama pra-Islam itu perlu ditinjau lagi pemahamannya. Ia mengatakan; “sebagai agama yang paling â€�bontotâ€�, Islam hadir bukan untuk mengamandemen agama terdahulu, kehadiran risalah yang dibawa Muḥammad saw. tersebut justru untuk mendukung, mengukuhkan, meluruskan kembali dan menyempurnakan ajaran-ajaran para nabi terdahulu”.
Untuk mendukung argumentasinya ini, ia mengutip pendapat
ṬabÄ�á¹­abÄ�’ī, yang mengatakan bahwa “yang dianulir al-Qur’an bukan ajaran pokoknya”. Sebagaimana dalam QS.al-Baqarah [2]: 62; setiap orang yang memegang teguh keimanannya dan melakukan amal shaleh akan mendapat ganjaran dari Tuhan. Sikap tersebut didukung beberapa ulama yang menyatakan, bahwa Muhammad datang untuk melengkapi ajaran sebelumnya, dan bukan me-naskh-nya.
Ia juga mengutip Farid Esack, pemikir Muslim asal Afrika Selatan, mengingatkan bahwa pesan-pesan tentang Ahli Kitab dalam al-Qur’an, yang banyak membicarakan umat Yahudi dan Nasrani perlu dilihat dalam konteks formatif periode Mekkah dan Madinah waktu itu dan dipahami dalam bingkai pesan-pesan al-Qur’an sendiri dan prinsip-prinsip umum tentang ajaran moral. 
Ketiga agama itu sama-sama membawa ajaran ke Esaan Tuhan. Ketika umat yahudi melakukan penyimpangan terhadap keesaan Tuhan itu, maka datang agama Nasrani untuk meluruskannya. ketika kaum nasrani melakukan penyimpangan terhadap ke Esaan Tuhan dengan ajaran Trinitasnya, maka datang agama Islam. Hadirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Mu
ḥammad Saw, sesungguhnya juga hendak menyempurnakan segala kekurangan yang ada pada agama-agama sebelumnya itu. 
Ia mengatakan bahwa ketiga penganut agama tersebut mengklaim diri mereka sebagai penerus agama hanif yang dibawa oleh Nabi Ibrahim, yang menurut Nurcholish Madjid bahwa Islam
ḥanÄ«f adalah Islam yang penuh kelapangan, Islam yang universal dan berorientasi pada kemanusiaan dan peradaban. 
Diakhir tulisannya, ia menyimpulkan bahwa menurut Nurcholish Madjid (1939-2005 M) yang dimaksud dengan al-Isl�m adalah sikap pasrah kepada Tuhan,bukanlah sebagai institusi. Keagamaan tanpa sikap kepasrahan kepada Tuhan adalah tidak sejati. Karena inti agama yang benar adalah kepasrahan kepada Tuhan yang Maha Esa. Atas dasar itu semua agama sejak sebelum Nabi Mu
ḥammad juga mengajarkan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Wallahu a’lam
Bima, 15 Oktober 2014