Kota Bima, 26 April 2025 – Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M) STIT Sunan Giri Bima kembali menggelar Kuliah Pemikiran sesi kedua secara daring, dengan mengangkat tema “Studi Pemikiran Muhammad Arkoun.” Acara ini menghadirkan narasumber terkemuka, yakni Prof. Dr. Mardi Adi Armin, M.Hum (Akademisi sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FIB Universitas Hasanuddin Makassar) dan Assoc. Prof. Dr. Siti Yulidhar Harunasari, M.Pd (Rektor Universitas LIA Jakarta). Bertindak sebagai penanggap dalam diskusi ini adalah Muhammad Saleh Mude, CEO Penerbit Pro De Leader.

Acara dibuka dengan keynote speech dari Assoc. Prof. Ismail Suardi Wekke, Ph.D selaku Direktur IUCSRS. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya memahami alur pemikiran Muhammad Arkoun, seorang tokoh besar dalam dunia pemikiran Islam kontemporer. “Di tengah dinamika masyarakat dan perkembangan teknologi saat ini, pendekatan Arkoun dapat menjadi rujukan untuk melihat ulang realitas sosial-keagamaan yang semakin kompleks,” ungkapnya.

Dalam sesi pemaparan, Assoc. Prof. Dr. Siti Yulidhar Harunasari, M.Pd menyoroti bagaimana Arkoun memosisikan Islam dalam kerangka modernitas dan perkembangan intelektual. Ia menegaskan bahwa kemajuan teknologi telah mengubah struktur wacana sosial keagamaan, khususnya di media sosial, di mana pandangan keagamaan kini dapat disampaikan lebih bebas dan terbuka. “Muhammad Arkoun, dengan pendekatan historis-kritis dan semiotiknya, mengajak kita untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an dalam konteks historisnya, sehingga teks suci itu tetap hidup dan relevan sesuai zamannya. Namun, perlu diwaspadai, jika pendekatan ini diterima secara mutlak tanpa batas, maka dapat berisiko mengaburkan makna esensial al-Qur’an itu sendiri,” ujarnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Mardi Adi Armin, M.Hum membuka pemaparannya dengan menelusuri biografi intelektual Muhammad Arkoun, sosok yang dikenal menguasai berbagai disiplin ilmu, mulai dari antropologi, sosiologi, hingga sastra. Dalam penjelasannya, ia banyak mengutip istilah-istilah kunci dalam bahasa Prancis yang digunakan Arkoun, seperti Islamologie appliquée (Islam terapan atau Islam yang diaktualisasikan) dan laïcité untuk menggambarkan kondisi umat Islam yang dinilai mengalami kelesuan semangat beragama dan sosial. Prof. Mardi juga menegaskan bahwa pemikiran Arkoun adalah sebuah tawaran revolusioner yang mendorong umat Islam untuk melakukan pembaruan pemikiran secara fundamental dan mendalam.

Sebagai penanggap, Muhammad Saleh Mude menambahkan perspektif historis dengan menyoroti karya awal Arkoun, termasuk disertasinya yang mengkaji pemikiran Ibnu Miskawaih dalam bidang filsafat moral dan akhlak. “Ini menunjukkan bagaimana sejak awal, Arkoun berusaha mengintegrasikan warisan intelektual klasik Islam dengan pendekatan filsafat modern,” ujarnya.

Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk Ketua STIT Sunan Giri Bima, Irwan Supriadin J, M.Sos.I., dosen dan mahasiswa STIT Sunan Giri Bima, dosen dan mahasiswa Universitas LIA Jakarta, mahasiswa pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta dan STAI Al-furqan Makassar, dosen STKIP Yapis Dompu, serta masyarakat umum yang tertarik dengan kajian pemikiran Islam kontemporer. Kegiatan ini diakhiri dengan sesi foto bersama sebagai dokumentasi.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *