Pentingnya sikap kritis, kreatif, dan inovatif mahasiswa di era 4.0

Memulai perkuliahan dengan melakukan Kuliah umum sudah menjadi tradisi di kampus STIT Sunan Giri Bima bahkan dua tahun terakhir terdapat beberapa kali kegiatan serupa yang dihelat dalam bentuk seminar dan kajian.

Untuk semester ganjil ini, kuliah umum dilaksanakan pada 9 September 2019  dengan pembicara Dr. Abdul Wahid, M.Ag., M.Pd. dosen UIN Mataram. Beliau ini tidak asing karena sudah lama menjadi pembimbing dan motivator dosen STIT dalam rangka pengembangan keilmuan dan tata kelola kampus yang lebih baik.

Kuliah umum kali ini mengambil tema “Peluang dan Tantangan Mahasiwa PAI dan PGMI di Era 4.0”. Dalam paparannya Abdul Wahid mengungkapkan bahwa dunia saat ini berbeda dengan dunia era 80-an, 90-an. Saat ini sudah masuk era 4.0 dimana segala hal terdigitalkan, terkoneksi dengan sambungan internet, seakan-akan dunia ini adalah global village, desa global. Tidak ada batasan antar negara. Apa yang terjadi di dunia Barat dan Timur dapat segera kita mengetahuinya dalam hitungan detik.

Kejadian gempa Bumi di Palu beberapa detik yang lalu, misalnya, dapat segera diketahui oleh semua orang di Barat dan Timur. Ini semua berkat adanya internet yang terkoneksi di semua negara.

Menghadapi era yang demikian ini, tentu banyak peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh mahasiswa. Oleh karenanya, mahasiswa harus bisa mengambil sikap. Sikap yang paling bijak adalah ikut menikmati era tersebut dengan tidak terjerumus di dalamnya karena internet banyak menawarkan hal-hal yang positif sekaligus hal-hal negatif. Ambil yang positif dan buang jauh-jauh yang negatif, tegasnya.

Dengan mengetahui peluang dan tantangan era 4.0, mahasiswa yang dikenal sebagai agent perubahan dapat menempa diri sebaik-baiknya sehingga ketika keluar nanti dapat menjadi alumni yang kritis, kreatif, inovatif serta siap pake di dunia kerja.

Peserta bertambah semangat ketika pemateri menawarkan buku karangannya untuk tiga orang penanya sehingga peserta rebutan untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang masih mengganjal dalam pikiran mereka. Wallahu a’lam.

Kota Bima, 03 September 2019