Safari Malam Ke Dusun Tanale O’o Donggo

Foto Acara

Selepas shalat Maghrib pada hari Senin, 22 April 2019 Rombongan safari Hari Besar Islam STIT Sunan Giri Bima menempuh perjalanan cukup jauh menuju Dusun Tanale Desa O’o Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Sesuai dengan kesepakatan bersama masyarakat tuan rumah, malam itu rombongan STIT Sunan Giri Bima dipercaya untuk mengisi acara peringatan ISra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang dirangkaikan dengan malam Nishfu Sya’ban dan menyambut kehadiran bulan Ramadhan 1440 H yang bertempat di desa tersebut. Ini merupakan rangkaian tour yang keenam kalinya yang dilakukan oleh kampus sebagai salah satu cara mensosisalisasikan kampus kepada masyarakat di Kota maupun Kabupaten Bima.

Melihat rangkaian safari hari besar Islam sebelumnya, kali ini merupakan tour terjauh dengan personel terbanyak karena tercatat lebih dari 30 orang mahasiswa dan dosen ikut berpartisipasi memeriahkan acara ini. Selain dua unit mobil, Satu unit mobil bak terbuka terpaksa harus disewa agar seluruh personel bisa terangkut menuju lokasi. Sebuah pemandangan yang sangat langka melihat mobil pickup memuat puluhan mahasiswi yang sudah berdandan cantik berbalut jas almamaternya menempuh perjalanan cukup jauh melintasi jalanan, menyusuri tepi laut, membelah hutan belantara pegunungan di tengah gelapnya malam. Meski diterpa angin laut dan angin gunung khas dataran tinggi untuk ukuran warga Kota Bima suhunya lumayan dingin, itu semua tidak mengurangi semangat mereka memeriahkan kegiatan tersebut.

Setelah perjalanan selama sekitar satu setengah jam, akhirnya rombongan tiba dengan selamat di lokasi. Setelah menunaikan shalat Isya’ di Masjid setempat, rombongan pun langsung menuju tempat perhelatan acara yang ternyata sudah dihadiri beberapa warga. Sambil menunggu datangnya warga, tim ini bekerja sama dengan panitia lokal menyiapkan segala keperluan penampilan dan pelaksanaan acara. Setelah beberapa saat, warga pun mulai datang meramaikan lokasi kegiatan yang dibangun secara swadaya. Meski berbentuk sangat sederhana, namun tidak mengurangi rasa khidmat ketika mengikuti berjalannya rangkaian kegiatan sejak dimulai hingga berakhir.Warga yang hadir lebih didominasi oleh kaum hawa, anak-anak, dan sesepuh karena memang saat ini sebagian besar kaum bapak tengah menjaga kebun atau ladang mereka yang letakknya di lereng pegunungan dari gangguan hewan liar yang selalu merusak tanaman jagung mereka. Ini terpaksa dilakukan agar tidak merugikan mereka ketika panen, karena memang jagung adalah komoditas primer bagi mereka untuk dijual sebagai penyambung hidup sehari-hari.

Sebagai pembuka, kegiatan pra acarapun ditampilkan untuk memancing suasana sekaligus pemanasan. Sebagaimana sebelumnya, seni marawis, drama teater ‘Ama Mida dan Ina Mida”, dan seni tari kontemporer tetap menjadi andalan untuk menghibur para undangan yang hadir. Hal tersebut terbukti dari antusiasme dan respon positif dari warga yang hadir. Mereka tidak dapat menyembunyikan respon emosionalnya ketika menyaksikan adegan demi adegan yang ditampilkan. Gelak tawa, rasa haru dan sedih menjadi sesuatu hal yang silih berganti terdengar dari warga yang hadir. Dan seperti biasa mereka juga tidak bisa menutupi rasa bangganya ketika melihat anak-anaknya, saudara atau keluarganya menjadi pengisi acara. Hal ini memang sudah direncanakan oleh pihak kampus agar semua pengisi acara, mulai dari protokol hingga pembaca doa dipilih dari kalangan mahasiswa, khususnya yang berasal dari Kecamatan Donggo. Tidak lain, agar masyarakat dapat menilai dan menyaksikan sendiri hasil didikan kampus STIT Sunan Giri Bima terhadap mahasiswanya.

Berikutnya pada acara inti, setelah dibuka dan diawali dengan lantunan syahdu kalam Allah SWT oleh salah seorang mahasiswi STIT Sunan Giri Bima, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Yang pertama diawali oleh salah satu tokoh warga setempat yang menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya kepada pihak kampus yang pertama kali melaksanakan kegiatan seperti ini di Desanya. Ia juga memotivasi warga yang hadir agar tidak berhenti berikhtiar untuk melanjutkan pendidikan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, khususnya di kampus STIT Sunan Giri Bima. Karenanya ia juga menceritakan pengalaman pribadinya ketika dulu sekolah dan saai ini menyekolahkan anak-anaknya. Kemudian sambutan selanjutnya disampaikan oleh Ketua STIT Sunan Giri Bima yang juga menyampaikan rasa terimakasihnya atas sambutan meriah warga setempat. Beliau juga menyampaikan bahwa malam itu merupakan ajang unjuk gigi dan pembuktian berbagai program serta janji yang pernah disosialisasikan oleh kampus ketika kunjungan-kunjungan sebelumnya.

Acarapun berlanjut ke acara inti yakni uraian hikmah Isra’ Mi’raj dan Nishfu Sya’ban oleh Da’i andalan STIT Sunan Giri Bima, Ust. Zulkarnain (Uze). Dengan selingan humor segar andalannya, beliau menerangkan berbagai hal fundamental di balik peringatan hari-hari besar islam, pentingnya pendidikan agama dan istiqamah dalam kebaikan, keutamaan menghadiri majelis ilmu, serta urgensi pembinaan akhlaq mulai dari lingkungan keluarga. Warga yang menyimak ceramahnya terlihat begitu antusias dan interaktif ketika mendengar taushiyah Uze ini.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Acara pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh salah seorang mahasiswa. Namun warga yang hadir tetap antusias bahkan meminta penampilan ekstra dari grup marawis sebagai penawar suasana melawan hawa dingin khas pegunungan di lokasi yang tingginya mencapai sekitar 700 m dpl itu. Setelah bersilaturahim sejenak bersama Bapak kepala Dusun setempat yang juga merupakan alumni STIT Sunan Giri Bima, rombongan pun kembali menempuh perjalanan pulang ke kampus tercinta. Rombongan pun sampai dengan selamat di kampus sekitar pukul 00.00 wita tengah malam. Semoga tidak ada anggota rombongan yang masuk angin atau flu akibat terpapar angin gunung, angin laut dan angin malam.

Oleh : Ahmad Syagif