Serial Ulama Kharismatik Bima (4)

Jejak Intelektual dan Dakwah TGH. M. Said Amin

By. Muhammad Mutawalli

Tidak banyak ulama di Bima yang mengambil ceruk pengetahuan di pusat lahirnya Islam, apatah lagi menjadi pengajar di Mekkah, dan apalagi menjadi perawi Hadis Musalsal yang bersambung sanadnya sampai Rasulullah yang diijazahkan langsung oleh Syeikh Yasin bin Isa Al-Fadany Al-Makky. Adalah TGH. M. Said Amin diantara sedikit dou Mbojo yang menerima langsung kearifan tersebut. Beliau boleh dikatakan, tanpa bertendensi berlebih-lebihan, dikatakan sebagai pelanjut sanad jagat keilmuan dou Mbojo pasca meninggalnya Syeikh Abdul Ghani Al-Bimawi setelah terputus ratusan tahun.

H. M. Said dilahirkan di Desa Tawali Wera kabupaten Bima pada tanggal 1 Januari 1936 dari pasangan H.M. Amin Hasan dan Hj. Thaifah Sanghaji. M. Said merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara (Anuriyah, H. Ismail, H.M. Said, Kalisom, Radiyah, Hj. Khadijah, H. Usman dan Hj. Misbah). Memulai pendidikan pada tingkat Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1943 di Tawali, juga mendapat didikan orang tua dengan pendidikan dan nilai-nilai keislaman, di desa Tawali sang ayah dikenal sebagai guru ngaji dan rumahnya dijadikan sebagai tempat mengaji bagi anak-anak yang ada di seluruh pelosok desa hingga banyak yang menginap dan tinggal di rumahnya. Sang ibu yang tidak mengenyam bangku sekolah memimpikan dan bercita-cita agar anaknya M. Said dapat menuntut ilmu di tanah Arab khususnya di Makkah Al-Mukarramah.

Niat suci dan cita-cita sang ibu yang ingin agar anaknya menuntut ilmu di tanah suci tetap terpatri dalam hatinya, walaupun pada tahun 1947 keinginan tersebut belum tercapai dikarenakan M. Said pada waktu itu masih kecil, umurnya baru 11 tahun, sehingga terpaksa batal ke Mekkah dan akhirnya masuk di SDN 1 Bima selama 1 tahun untuk menunggu tahun berikutnya. Akhirnya pada tahun 1948, do`a yang selalu dipanjatkan oleh sang ibu dikabulkan oleh Allah SWT dan mendapatkan izin berangkat ke tanah suci untuk menuntut ilmu di tanah para Nabi. Keberangkatannya ke Tanah Arab diantar oleh pamannya yang bernama H.M. Ali dan berangkat bersama jama’ah Haji dari Bima yang berjumlah 800 orang dengan menumpang kapal laut yang bernama Tawali, mungkin hanya kebetulan saja nama kapal laut itu sama dengan nama desa asal M. Said, dan menempuh perjalanan laut selama 15 hari. Setelah tiba di tanah Arab dan melaksanakan ibadah Haji, H. M. Said tinggal di Mekkah bersama dengan orang Bima yang bernama Syekh Yunus (Maryam Qudus), orang asal ngali yang sudah lama mukim di Mekkah.

Tahun 1949 dijadikan sebagai titik awal perjalanan panjang dan pengembaraan menuntut ilmu di tanah kelahiran Nabi junjungan kita Muhammad SAW, H. M. Said diterima sebagai siswa di Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum Mekkah, selama belajar di Darul Ulum bersama dengan teman-teman yang berasal dari Malaysia, Singapura, Philipina dan Negara Asia lainnya, H. M. Said selalu berprestasi dan mendapat juara paling rendah juara III di kelasnya . Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum pada waktu itu dikepalai oleh Syekh Mansyur dari Palembang, Syekh Yasin Padang menjabat Wakil kepala sekolah, sedangkan para guru berasal dari hampir seluruh Negara di Asia dan salah satunya adalah syekh Umar yang berasal dari Sumbawa yang sudah lama mukim di sana. Pada saat kelas 5, H. M. Said mendapat juara 1 dan berhak menjadi ketua kelas, karena sudah menjadi aturan bahwa yang berhak menjadi ketua kelas adalah yang mendapat juara 1 kelas.

Pada tahun 1952, H. M. Said melanjutkan studi pada MTs Al-Falah Mekkah tingkat Kafa`ah dan pernah meraih juara 5 kelas padahal didominasi oleh orang Arab yang kebanyakan anak-anak dari para pejabat tinggi kerajaan Saudi Arabia. MTs Al-Falah dikepalai oleh Syekh Sayid Ishak Ajuz yang menjabat juga sebagai anggota parlemen Saudi Arabia, Syekh Muhammad Abdul Muhsin Ridwan menjabat sebagai Wakil Kepala Madrasah. Selama menuntut ilmu di MTs Al-Falah, H.M.Said selalu dibimbing oleh tokoh-tokoh besar yang sangat mempengaruhi keilmuan dan pemikirannya, di antara yang paling berkesan adalah pernah dibimbing langsung oleh Syekh Muhammad Al-Arabi Al-Tijani, seorang Ulama yang berasal dari Aljazair dan mengajar Tafsir yang dikenal sebagai ahli Tafsir terkemuka di Tanah Arab. Dibimbing juga oleh Syekh Muhammad Nursyef berasal dari Bahrain yang dikenal juga sebagai ulama besar di Arab, khusus untuk ilmu Hadis dan Hadis, H. M. Said langsung dibimbing oleh ulama Hadis terbesar di Arab bahkan di seluruh penjuru dunia waktu itu yang bernama Syekh Alwi Abbas Al-Maliki, bidang Fiqh diajar oleh Syekh Muhammad An`am dari Yaman, bidang Tauhid dibimbing oleh Syekh Muhammad Hasan As-Sanari dari Saudi Arabia, guru sastra dan bahasa Arab yaitu Syekh Musthafa Turayyah Saraf, Bahasa Inggeris oleh Ust. Abdul Aziz dari Mesir, Bahasa Perancis dibimbing oleh Ust. Zaki Awad, guru social oleh Ust. Ismail Shabri dan ilmu Bumi oleh Ust. Taufik.

Tahun 1954, H. M. Said melanjutkan studi pada Madrasah Aliyah tingkat Taujihi al-Falah Mekkah, selama di MA Al-Falah selalu mendapat prestasi sampai juara 3 kelas dan selalu mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah, diskusi dan debat antar siswa. Pernah satu kali mengikuti kegiatan diskusi dan debat antar siswa dengan tema Ahlu Ra`yi wa Ahlu Al-Hadis dan menjadi pendukung Ahlu Al-Hadis dengan karya ilmiah yang berjudul Idza takallamal Ka`bah fa madza taquulu? (Jika Ka`bah dapat berkata, apa yang dikatakannya?. Dari hasil penilaian debat dan karya ilmiah tersebut H. M. Said mendapat apresiasi dari pimpinan Madrasah.

Pada saat Ujian Negara tingkat Madrasah Aliyah yang diselenggarakan oleh pemerintah Saudi Arabia, H.M. Said mendapat prestasi juara 2 dari 60 orang yang ikut ujian Negara tahap I. Pada tahun 1956 setelah lulus pada Madrasah Aliyah, diutus oleh lembaga untuk mendalami Bahasa Inggeris pada Universitas Iskandaria di Mesir, akan tetapi dibatalkan karena bukan warga Negara Saudi Arabia. Pada tahun yang sama pula diangkat sebagai guru Hadis pada Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Mekkah selama 1 tahun, pada tahun 1957 akan melanjutkan studi pada perguruan tinggi, akan tetapi nasib berkata lain, H.M. Said dijemput oleh ibunya untuk pulang kampung atas persetujuan Syekh Alwi Al-Maliki bersama dengan 60 orang warga Negara Indonesia yang lama mukim di Mekkah.

Sepulang dari Mekkah dan tiba di Bima, H. M. Said diangkat sebagai guru PGAP Bima sampai tahun 1965. Tahun 1965-1967 diangkat sebagai guru PGA M. Salahuddin Bima. Pernah juga menjadi anggota DPRGR Kab. Bima untuk mewakili golongan Islam pada periode tahun 1966-1971. Tahun 1976-1984 diangkat menjadi guru PGAN Bima. Kemudian pada tahun 1967 mulai merintis dan menjadi kepala MAAIN Saleko Bima (sekarang MAN I Kota Bima) sampai tahun 1976. Pada tahun 1984 diangkat menjadi Hakim Pengadilan Agama Bima dan pensiun pada tahun 1996.

Menikahi seorang gadis asal Saleko Kelurahan Sarae Kota Bima yang juga muridnya di PGA Bima bernama Hj. Imo H. Ahmad pada tahun 1958, buah dari cinta kasihnya telah dikaruniai 11 orang anak: Ir. H. Ahmad Syauqi Aminy, M.Si., Dra. Hj. St. Ummul Khairat, M. Fahri Aminy, SE., Majdi Aminy (mengikuti jejak abundanya menuntut ilmu di Mekkah dan sekarang mukim di sana), Nurinayatullah, SE., Naimah Aminy, S.Ag., Nurhuwaida, S.kom., Syajaratuddur Faiqah, S.SIT., M.Kes., Muhammad Mutawali, S.Ag., MA., Mustabsyirah, S.Si,. dan Zulhulaifah, S.Kom.

Pada tahun 1979, H. M. Said diundang khusus untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Imam, Khatib dan Da`i tingkat akademisi yang diadakan oleh Dewan Tertinggi Masjid se-dunia di Rabithah Alam Al-Islami di mekkah selama 3 bulan. Selama diklat, langsung dibimbing oleh para ulama besar di antaranya Syekh Ali Tantawi, Syekh Muhammad Al-Ghazali dan Syekh Muhammad Qutub dalam bidang Dakwah, Syekh Sayid Sabiq pada bidang Fiqh dan Qadha, Syekh Dr. Ahmad Umar Hasyim pada bidang Hadis, Dr. Muhammad Abu Nur Al-Hadidi pada bidang Tafsir, Dr. Mujahid As-Sawwaf dalam bidang Aliran dan aqidah, Dr. Syalabi pada bidang Bahasa Arab, Dr. Ammarah dalam bidang pidato dan ceramah, Dr. Assyal pada bidang waris, Syekh Ahmad Al-Huwaili dan Syekh Sulaiman Albalawi dalam bidang Al-Qur`an dan Tajwid.

Setelah mengikuti Diklat yang diikuti sebanyak 50 orang, 5 orang diantaranya berasal dari Indonesia, seluruh peserta ditugaskan untuk menjadi imam dan da`I di seluruh penjuru dunia, H. M. Said mendapat tugas dakwah di Malaysia akan tetapi dibatalkan karena sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri sipil dan akhirnya ditugaskan dan kembali ke Bima. Setibanya di Bima, tugas sebagai Dai mulai dilaksanakan dan berdakwah sampai ke seluruh pelosok daerah Bima dan bergabung dengan organisasi Ittihadul Muballighin dan menjadi ketua wilayah Nusa Tenggara Barat yang berkantor di Bima. Ittihadul Muballighin adalah organisasi persatuan para muballigh yang memfokuskan kegiatannya pada bidang pendidikan dan dakwah yang memiliki cabang di setiap kecamatan di seluruh Kabupaten Bima. Melalui organisasi ini, H. M. Said melanglang buana untuk berdakwah menyampaikan dan membagi ilmu yang diperoleh selama menuntut ilmu di Mekkah.

Pengalaman organisasi H. M. Said dimulai ketika menuntut ilmu di Mekkah, pernah menjadi sekretaris Ikatan Pelajar Bima-Dompu di Mekkah Saudi Arabia pada tahun 1951-1957, tahun 1966-1980 menjadi Ketua III NU cabang Bima dan pernah menjadi pengurus Yayasan M. salahuddin Bima, mulai tahun 1968 menjadi anggota pengurus Yayasan Islam Bima sampai sekarang, pada tahun 1968, menjadi ketua presidium Musyawarah Alim Ulama Kab. Bima dan anggota panitia pendirian Fakultas Syari`ah IAIN Sunan Ampel Cabang Bima, pada tahun 1971 mendirikan Fakultas Tarbiyah Sunan Giri yang sekarang menjadi STIT Sunan Giri Bima, dari tahun 1973-2007 menjadi ketua yayasan Darul Tarbiyah Bima, tahun 1980 sampai sekarang menjabat sebagai ketua Yayasan Ittihadul Muballighin Bima, tahun 1985 menjadi Ketua Yayasan Pendidikan dan Dakwah Al-Ittihad Bima yang meliputi Pondok Pesantren Al-Amin Bima, STIS Al-Ittihad Bima, MA Plus Al-Ittihad Kota Bima, MTs La Hami Kab. Bima dan RA Al-Amin Kota Bima dan Lembaga Kaligrafi Al-Qur`an dan kreatifitas Al-Amin Kota Bima.

Pada tahun 1990, H. M. Said diangkat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab. Bima. Pengangkatannya sebagai ketua MUI Kab. Bima adalah berdasarkan hasil keputusan Musyawarah Daerah dan penunjukan langsung dari Ketua MUI sebelumnya yang dijabat oleh Tuan Imam K.H. Abdurrahman Idris. Tugas sebagai Ketua MUI diemban dan dilaksanakan dengan penuh amanah dan tanggung jawab selama 21 tahun, dan mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2011.

Pada tahun 2001 sampai wafat menjadi anggota forum komunikasi lembaga dakwah kab. Bima, tahun 1997 sampai sekarang menjadi anggota pesasihat BAZDA Kab. Bima, dan tahun 2004 sampai sekarang menjadi anggota Yayasan At-Taqwa Internasional yang berpusat di London Inggeris.

Selama hidupnya, H. M. Said mengabdikan dirinya untuk berdakwah dan memperjuangkan Islam yang bermanhaj Salaf Ash-Shalih Ahlu Sunnah wal Jamaah. Dalam berdakwah dan berjuang untuk mempertahankan kemurnian ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi, H. M. Said tidak hanya berdakwah dengan menggunakan media lisannya saja atau Da`wah Bi Lisan, akan tetapi untuk menyampaikan dakwah dan pemikirannya serta pemahaman keislamannya, H. M. Said telah banyak menghasilkan karya tulis dalam bentuk buku-buku yang telah beredar bukan hanya pada tingkat lokal akan tetapi hasil karyanya telah beredar secara Nasional dan dijadikan sebagai referensi dan buku rujukan bagi mahasiswa dan dosen di Perguruan Tinggi Islam.

Di antara buku-buku karya tulisnya adalah
1.Sifat Shalat Rasulullah (diterbitkan oleh Sunan Ampel Press IAIN Surabaya kerjasama dengan IT Press STIS Al-Ittihad Bima, tahun 2012),
2.Sejarah timbulnya perpecahan di kalangan umat islam,
3.Menuju Pelaksanaan Syari`at Islam,
4.Peristiwa Ghadir khum melahirkan kebohongan Syi`ah ahlul bait,
5.Konspirasi Internasional dan masa depan agama-agama (diterbitkan oleh Penamadani Press, Jakarta)
6.Mewaspadai pemurtadan umat Islam
7.Adam Abul Basyar (koreksi terhadap buku Ternyata Adam dilahirkan), (diterbitkan oleh IT Press STIS Al-Ittihad Bima)
8.Manusia Dan Ibadah haji (IT Press STIS Al-Ittihad Bima tahun 2008)
9.Ajaran Agama Masehi setelah kenaikan Isa Al-masih (IT Press STIS Al-Ittihad Bima tahun 2012)
10.Siksa dan Nikmat Kubur (IT Press STIS Al-Ittihad Bima tahun 2013)
11.Menggugat Aliran-Aliran Teologi dalam Islam (diterbitkan oleh IT Press STIS Al-Ittihad Bima kerjasama dengan Alam Tara Institute, tahun 2013)
12.Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam bersama TGH. M. Said Amin, (Pengantar Ilmu Hadis dan Ilmu Fiqh), (IT Press STIS Al-Ittihad Bima kerjasama dengan Alam Tara Institute, tahun 2013).
13.Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah, seri Aliran-aliran ilmu kalam dan pemimpin yang menyesatkan umat , (IT Press STIS Al-Ittihad Bima tahun 2014).
14.Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah, seri Manusia dan Ibadah Haji, (IT Press STIS Al-Ittihad Bima tahun 2014).
15.Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah, seri Siksa dan Nikmat Kubur, (IT Press STIS Al-Ittihad Bima tahun 2014).
16.Ar-Risalah Al-Aminiyah, Berislam menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah, seri Perjalanan Hidup Manusia dari alam arwah sampai alam Baqa`, (IT Press STIS Al-Ittihad Bima tahun 2014). Dan masih banyak yang lainnya, masih dalam proses.

Selama menuntut ilmu di tanah Mekkah, H. M. Said banyak menghabiskan waktu untuk mendalami kajian Hadis dan ilmu Hadis, sehingga tidak mengherankan kalau H. M. Said menguasai ilmu Hadis dan banyak menghafal Hadis Nabi, dan pernah diangkat sebagai guru Hadis di almamaternya Al-Falah Mekkah.

Guru Hadis yang paling mempengaruhi dan dekat dengannya adalah Ulama Hadis yang bernama Syekh Yasin bin Isa Al-Fadany al-Makky dan telah mendapatkan ijazah dari beliau sebagai Perawi Hadis Musalsal yang bersambung sanadnya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan mengantongi Ijazah tersebut, H. M. Said mendapat hak dan izin untuk meriwayatkan Hadis-Hadis Nabi dari seluruh Kitab-kitab Hadis yang Mu`tabarah seperti kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abi Daud, Sunan Tirmizi, Sunan An-Nasa`i dan Lain-lainnya. Kegiatan meriwayatkan hadis yang dilakukannya sangat jarang dilakukan oleh Ulama-ulama lainnya di Indonesia.

Dalam usia yang tidak muda lagi dan dalam kondisi yang lemah, TG.H. M. Said Amin masih aktif berdakwah memenuhi undangan dari seluruh pelosok tanah Bima, karna sudah menjadi tanggung jawab dan komitmennya untuk selalu berdakwah memperjuangkan kemurnian ajaran Islam dari pengaruh pemahaman aliran-aliran yang menyesatkan aqidah dan ibadah umat Islam yang dipelopori oleh Yahudi. Hari Kamis, tanggal 30 April 2015, seusai Shalat Shubuh, tanpa sakit berat. Dalam umur 79 tahun Beliau meninggalkan kami keluarganya. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, ribuan umat mengantar kepergiannya.

Abu, demikian beliau dipanggil oleh anak-anaknya, meninggalkan warisan: Lembaga Pendidikan Islam, Pondok Pesantren yang telah lama dirintisnya yaitu Pondok Pesantren Al-Amin yang mewadahi Sekolah Tinggi Ilmu Syari`ah (STIS) Al-Ittihad Bima, Madrasah Aliyah Plus Al-Ittihad Kota Bima, MTs La Hami Kabupaten Bima, RA Al-Amin Kota Bima, dan Lembaga Kaligrafi Al-Qur`an dan Kreatifitas Al-Amin yang saat ini sudah mulai maju dan berkembang, yang akan dijadikan sebagai warisan yang tak ternilai bagi anak-anak keturunannya dan ummat Islam pada umumnya dan diharapkan sebagai lahan amal jariyahnya kelak. Amin.

Bandung, 16 Desember 2018