Puasa, Ramadhan dan al-Qur’an

Pada kesempatan ini, sang Kyai menguraikan kandungan Qs. al-Baqarah: 183, 184 dan 185. Menurutnya, dalam tiga ayat itu terdapat tiga kata kunci yang memiliki nilai yang sangat dahsyat, yaitu syaum, ramadhan dan al-Qur’an.
 
Kata Syaum, puasa berfungis untuk melatih umat agar dapat mengendalikan hawa nafsunya dari melakukan hal-hal yang dilarang. Jika hawa nafsunya bisa kendalikan, maka puasa yang dia lakukan telah berhasil menghilangkan penyakit internal yang bercokol dalam diri setiap umat, seperti iri, dengki, riya, adu domba, fitnah memfitnah, hasud, sombong, ujub dan lain-lain. Penyakit-penyakit inilah yang menggerogoti amal perbuatan manusia sehingga tidak bernilai di sisi Tuhan. Misalnya, seseorang mengeluarkan infaq dengan jumlah yang banyak tapi dengan niat pamer, maka infaqnya itu tidak bernilai disisi Tuhan karena sudah digrogoti oleh perilaku pamernya. Di posisi ini, puasa memiliki peran yang sangat strategis untuk memberangus semua penyakit hati tersebut. 

Kata Ramadhan dalam al-Qur’an, menurut hasil penelusuran sang Kyai, hanya disebut satu kali saja. Walaupun begitu, kata ramadhan memiliki makna yang sangat dalam dan sangat dahsyat pengaruhnya dalam kehidupan umat. 

Ramadhan yang memiliki arti membakar atau sepanas terik matahari, bisa mengandung beberapa maksud. Pertama, bagi orang yang berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah Swt, bisa berarti membakar dosa-dosanya yang telah lampau, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.; Barangsiapa berpuasa ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap ridah Allah Swt., maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Kedua, bisa juga bermakna bahwa situasi pada saat Nabi Muhammad Saw. hidup memang lagi panas-panasnya karena dalam perspektif sejarah, ketika Nabi Muhammad Saw. lahir sampai beliau meninggal, selalu saja terjadi hura hara sosial, misalnya bergeraknya pasukan gajah menuju Makkah yang bertujuan menghancurkan ka’bah, situasi-situasi peperangan yang dialami oleh Nabi Saw. dan para sahabat dan situasi panas lainnya yang terkait dengan dekadensi moral masyarakat pada saat itu. Oleh karena itu, kehadiran bulan ramadhan memiliki nilai penting untuk membangun peradaban moral umat agar naik derajatnya ke level yang lebih tinggi dalam rangka menggapai ridha Allah Swt.  

Kata al-Qur’an. Turunnya al-Qur’an di bulan ramadhan berfungsi untuk mendinginkan suasa lahir dan bathin umat yang sedang berkecamuk pada saat itu. Dengan al-Qur’an, maka umat diajak untuk kembali mengenal siapa dirinya dan untuk apa dia hidup didunia ini.

Tujuan manusia diciptakan tidak lain adalah hanya untuk beribadah kepada sang Khaliq. Nah, al-Qur’an turun untuk menuntun umat menuju Allah Rabbul Ijjati.   

Surabaya, 01 Juni 2017