Ngaji Online bersama Kyai Imam Ghazali Said (IV): Kondisi Gua Ashabul Kahfi

STIT SUNAN GIRI BIMA, KOTA BIMA. Kisah tentang kondisi gua Ashabul Kahfi dijelaskan dalam Qs. al-Kahfi: 17, sebagaimana firman Allah Swt. berikut;

۞وَتَرَى ٱلشَّمۡسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَٰوَرُ عَن كَهۡفِهِمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقۡرِضُهُمۡ ذَاتَ ٱلشِّمَالِ وَهُمۡ فِي فَجۡوَةٖ مِّنۡهُۚ ذَٰلِكَ مِنۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِۗ مَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُۥ وَلِيّٗا مُّرۡشِدٗا

17.Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.

Menurut Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi, Qs. al-Kahfi: 17 ini membicarakan bagaimana kondisi gua yang ditempati oleh Ashabul Kahfi. Gua tersebut selalu diterangi oleh sinar matahari pagi ketika terbit dan sinar matahari sore ketika mau tenggelam.

Frasa فَجۡوَةٖ مِّنۡهُ  Fajwatim minhu bermakna celah kecil sebagai lorong masuknya sinar matahari ke dalam gua. Ketika matahari terbit, cahaya matahari masuk melalui celah yang berada di pintu depan dan ketika matahairi tenggelam, sinar matahari menembus celah yang berada di arah belakang.

Hal ini memberi pengertian bahwa kebutuhan sinar matahari Ashabul Kahfi sangat tercukupi dalam rentang waktu sekian lama dalam gua. Mereka dapat bernafas secara leluasa karena sirkulasi udara berjalan normal.

Kyai Imam Ghazali Said menambahkan bahwa ketika berkunjung di gua Ashabul Kahfi di Yordania, beliau memperhatikan bahwa gua Yordania tersebut memiliki kemiripan dengan apa yang diinformasikan oleh Qs. al-Kahfi: 17 di atas. Di gua Yordania itu juga, terdapat bekas cengkraman anjing di pintu gua yang terlihat hingga saat ini. Namun beliau tidak dapat memastikan apakah gua Yordania ini yang dimaksud oleh al-Qur’an, karena beberapa negara juga mengklaim bahwa di negaranyalah gua Ashabul Kahfi itu berada.

Gua Ashabul Kahfi dapat bertahan sekian ratus tahun tidak tersentuh oleh tangan-tangan jahil manusia dikarenakan nampak mayat-mayat yang tergeletak yang dijaga oleh anjing galak. Terkesan dalam gua itu terdapat makhluk halus dan nampak angker, sehingga orang-orang merasa takut untuk mendekat.

Setelah Ashabul Kahfi bangun dari tidur, mereka merasa lapar karena mereka tidak mengetahui berapa lama mereka tidur. Di antara mereka ada yang mengatakan sehari atau setengah hari, dan yang lain menyerahkan kepada Tuhan, berapa lama mereka tidur. Mereka mengutus salah seorang ke kota untuk membeli makanan dengan uang perak yang mereka miliki, dengan catatan dia harus berlaku lemah lembut, jangan menampakkan keanehan-keanehan dan jangan menceritakan perihal mereka kepada siapa pun jua agar keberadaan mereka tidak terlacak oleh raja dhalim dan anak buahnya. Kisah ini sebagaimana disebut dalam Qs. al-Kahfi: 19,

وَكَذَٰلِكَ بَعَثۡنَٰهُمۡ لِيَتَسَآءَلُواْ بَيۡنَهُمۡۚ قَالَ قَآئِلٞ مِّنۡهُمۡ كَمۡ لَبِثۡتُمۡۖ قَالُواْ لَبِثۡنَا يَوۡمًا أَوۡ بَعۡضَ يَوۡمٖۚ قَالُواْ رَبُّكُمۡ أَعۡلَمُ بِمَا لَبِثۡتُمۡ فَٱبۡعَثُوٓاْ أَحَدَكُم بِوَرِقِكُمۡ هَٰذِهِۦٓ إِلَى ٱلۡمَدِينَةِ فَلۡيَنظُرۡ أَيُّهَآ أَزۡكَىٰ طَعَامٗا فَلۡيَأۡتِكُم بِرِزۡقٖ مِّنۡهُ وَلۡيَتَلَطَّفۡ وَلَا يُشۡعِرَنَّ بِكُمۡ أَحَدًا

19.Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)”. Mereka menjawab: “Kita berada (disini) sehari atau setengah hari”. Berkata (yang lain lagi): “Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorang pun.

Kisah Ashabul Kahfi ini diperkirakan terjadi seratus tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad Saw. (22 April 571 M (abad ke-6). Saat itu, Konstantinopel (Istanbul Turki) dikuasai oleh kaisar Romawi Timur yang sudah masuk Kristen. Sementara kota Yerussalem sebagai salah satu propinsinya.

Mereka, Ashabul Kahfi, meminta kepada Allah Swt. agar disegerakan meninggal dunia mengingat umur mereka yang sudah menua, ribuan tahun. Akhirnya,  mereka pun meninggal di situ dan dikubur di gua itu juga. Mereka semua adalah penganut kristen taat.

Kebiasaan masyarakat pada saat itu memberi tanda di atas kuburan dengan membangun kubah. Demikian juga di atas kuburan Ashabul Kahfi dibangun masjid sebagai tanda. Masjid disini, dalam pengertian tempat ibadah, bukan masjid seperti yang dimaksud oleh umat Islam karena saat itu Nabi Muhammad Saw. belum lahir. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan memberi tanda di atas kuburan itu sudah ada sejak jaman Romawi. Wallahu a’lam.

Syukri Abubakar