Ngaji Online bersama Kyai Imam Ghazali Said (III): Mengkaji Kemu’jizatan Ayat-ayat tentang Ashabul Kahfi

STIT SUNAN GIRI BIMA, KOTA BIMA. Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi tidak membicarakan siapa dan di mana gua Ashabul Kahfi itu berada tapi beliau lebih menekankan pada kemu’jizatan yang terkandung dalam ayat-ayat terkait Ashabul Kahfi. Bagaimana orang kok bisa tidur sampai 309 tahun, kenapa hal itu dapat terjadi?. Hal demikian yang akan digali dalam kajian kali ini dengan judul “al-Udzunu, al-hayatu, wal Ba’tsu”, “Telinga, hidup, dan kebangkitan”. halaman  56.

Ashabul Kahfi adalah beberapa orang pemuda yang beriman kepada Tuhan yang merasa khawatir terhadap keselamatan mereka dari seorang diktator yang batil dan kafir. Mereka menyingkir menjauh menuju Kahfi (gua besar) yang terdapat pada sebuah gunung untuk menghindar dari orang-orang kafir yang hendak memaksa mereka untuk meninggalkan keimanan menuju kekufuran.

Kisah ini, hendak menjelaskan kepada kita bahwa betapa pun kebatilan dan kedhaliman itu menang dan melampaui batas, tapi sesungguhnya iman itu tetap ada dan akan selalu ada walaupun tidak berani dimunculkan.

Kemu’jizatan yang terkandung dalam ayat-ayat mengenai Ashabul Kahfi, jika mau direnung dan diresapi, menurut Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi, terdapat pada setiap kata dalam al-Qur’an. Namun ada sebagian akal yang dapat mencapainya dan sebagian lain yang baru dapat memahaminya setelah lewat sekian ribu tahun.

Dalam Qs. al-Kahfi (18): 11, Allah Swt. berfirman;

فَضَرَبۡنَا عَلَىٰٓ ءَاذَانِهِمۡ فِي ٱلۡكَهۡفِ سِنِينَ عَدَد

  1. “Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu”.

Syaikh Mutawalli al-Sya’rawi menjelaskan bahwa potongan ayat di atas jika dikaji secara mendalam mengandung beberapa kemu’jizatan;

Pertama, Allah Swt. menginformasikan bahwa bagian anggota tubuh (panca indra) yang tidak pernah tidur adalah telinga. Ketika kita memejamkan kedua mata, pasti kita tidak bisa melihat, tetapi kedua telinga kita tetap mendengar selamanya. Telinga itu terus terbuka melaksanakan fungsinya, baik kita mau ataupun tidak mau.

Jika kita tidak ingin melihat seseorang, maka kita cukup memejamkan mata atau memalingkan muka, tetapi telinga kita selalu terbuka, tidak berkedip dan tidak bergerak. Ketika kita tidur atau kapan saja kita membuat suara bising di samping telinga, maka kita akan segera mendengarnya. Allah Swt. telah  mengungkapkan bahwa telinga tidak tidur selamanya, walupun yang lain tidur.

Kedua, telinga sebagai alat memanggil di akhirat,

Ketiga, jika kita jauhkan telinga dari gemuruhnya dunia (tidak pernah dengar suara), maka manusia mungkin bisa tidur dalam waktu yang panjang. Tapi sangat mustahil seseorang dapat tidur dengan pulas jika telinga itu dihadapkan pada gemuruhnya suara dunia.

Ketika Allah Swt. berkehendak untuk membuat Ahli Kahfi tidur dalam waktu yang panjang, bertahun-tahun tanpa merasakan ada suara-suara gemuruh dunia sekitarnya, sesungguhnya Allah Swt. tidak mengambil mata, tidak menghentikan gerakan jantung walau sebentar, seperti gerakan jantungnya orang tidur, tetapi Allah Swt. cukup menutupi telinga-telinga mereka dari gemuruhnya suara dunia selama mereka tidur. Karena itu, telinga adalah alat pemanggil di akhirat nanti. Inilah mu’jizat yang diberikan oleh Allah Swt. sehingga mereka bisa tidur sekian lama.

Dalam ayat lain Qs. al-Kahfi (18): 18, Allah Swt. berfirman;

وَتَحۡسَبُهُمۡ أَيۡقَاظٗا وَهُمۡ رُقُودٞۚ وَنُقَلِّبُهُمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَذَاتَ ٱلشِّمَالِۖ وَكَلۡبُهُم بَٰسِطٞ ذِرَاعَيۡهِ بِٱلۡوَصِيدِۚ لَوِ ٱطَّلَعۡتَ عَلَيۡهِمۡ لَوَلَّيۡتَ مِنۡهُمۡ فِرَارٗا وَلَمُلِئۡتَ مِنۡهُمۡ رُعۡبٗا

18.”Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka”.

Kalimat,

وَنُقَلِّبُهُمۡ ذَاتَ ٱلۡيَمِينِ وَذَاتَ ٱلشِّمَالِ

“Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri”.

Mengandung pengertian bahwa sesungguhnya Allah Swt. membuat aksioma kesehatan, hukum kesehatan bagi orang yang tidur lama (panjang). Kita menemukan fakta bahwa jaman modern ini, jika ada orang terserang penyakit yang menuntut ia harus tidur panjang, maka ia dibius terlebih dahulu.

Para dokter mengingatkan perawatnya agar pasien yang dibius itu terus  digerakkan ke arah kanan dan kiri agar jasadnya tidak terluka dan agar tidak terjadi penyumbatan dalam aliran darahnya yang menyebabkan kedua kakinya bengkak atau bagian jasad paling bawah sakit karena peredaran darahnya tidak sampai.

Jika keharusan gerak ini dikaitkan dengan sholat, maka gerakan-gerakan dalam sholat dapat membantu memperlancar peredaran darah. Orang-orang yang biasa sholat tahajud, fungsinya tidak hanya dilihat dari segi rohaniah tapi juga dapat ditilik dari segi kesehatan. Akal dan badan orang yang biasa sholat tahajud akan selalu sehat walaupun sudah tua. Kajian seperti ini dapat dilacak dalam sebuah kitab yang berjudul “Al-Sholatu was-Sihhah”, sholat dan kesehatan.

Dari sini, sesungguhnya Allah Swt. menjelaskan kepada kita bahwa tidur panjang itu harus disertai dengan gerakan manusia yang sedang tidur, dalam pengertian seseorang tidak tidur dalm satu keadaan tapi ada gerak ke kanan dan ke kiri sebagaimana informasi al-Qur’an di atas. Jika orang yang tidur panjang itu tidak bergerak, maka menurut ilmu kedokteran modern, sangat membahayakan pasien. Oleh karena itu, jika manusia ingin tetap sehat harus selalu bergerak dengan berolah raga.

Kesimpulannya, Allah Swt. memberi informasi jika ada orang yang tidur panjang, maka  ia harus bergerak ke kanan dan ke kiri tidak boleh stagnan karena itu berbahaya. Pergerakan itu menjadi dasar proteksi untuk menjaga kesehatan. Atau paling tidak, pergerakan itu untuk mecegah bahaya terhadap jasad seseorang yang sedang tidur panjang. Wallahu a’lam.

Syukri Abubakar