STIT Sunan Giri Bima dalam perjalanan menjemput agenda besar yang tertahan dari kejauhan sana yang belum sempat sampai, sehingga tertukar oleh masa keheningannya hingga beberapa tahun.
Jarak tempuh itu tak mampu lagi dirawat hingga STIT Bima Berbekas karena ada pergulatan penting di dalamnya.
Sembari berjalannya waktu, banyak yang lupa terhadap kampus tua ini, kampus yang pernah mengangkat bendera setinggi-tingginya sebagi salah satu pusat pembelajaran yang menghasilkan kaum intelektual.
Makna dan prestasi STIT ingin dilumpuhkan dengan cara menghilangkannya di balik kaca lalu di musiumkan sebagai contoh pertukaran antara horizontal ke fertikal. bahkan, percikan semangat tak mampu lagi mengukur akan bangkit entah terlihat di waktu subuh, sing atau petang.
Namun ada kewajiban besar sebagai tanggung jawab moral terhadap umat, jika STIT Sunan Giri Bima di musiumkan lalu dilabeli nama sudah tak beraktifitas lagi.
STIT sama sekali tidak membutuhkan orang hebat untuk mengembalikan wajah cerah dan gemilangnya. Namun membutuhkan kinerja yang bersinergis dan saling menjaga antara satu dengan yang lainnya kemudian di topang oleh kearifan seorang pemimpin yang bijak dan bahkan tidak membutuhkan pengalaman yang lebih hanya saja butuh pemimpin yang mempu memberikan makna atau arti dari kata “sukses”. Dan itu telah dimulainya.
Maka Rengkarnasi itu mesti dikenal walaupun tidak nyata, setidaknya meminjam bahasanya yang fenomenal itu, sebagai janji yang kuat untuk saling bergandengan tangan agar tak satu celah pun ada sifat yang akan melumpuhkan salah satu di antara kekuatan yang ada.
Sebab kekuatan yang ada laksana jemari saling memegang yang tak pantas di curangi atau di berikan kecacatan karena tinggi hati atau mental ego, karna itu semua tidak masuk dalam agenda ajaib.
Agenda ajaib itu adalah STIT Sunan Giri Bima bangkit dari tangan-tangan kecil, pikiran sederhana dan berjiwa besar dari pengalaman seadanya. Kemudian mengisi angenda-agenda yang kosong agar bisa memberikan solusi kepada masyarakat lalu di cintai kemudian mulai menorehkan kembali namanya di setiap sudut-sudut Desa sebagi pasung pengembalian wajah intelektualitas bagi umat.
Saat ini, STIT Sunan giri Bima menjadi kampus yang akan mengkaji sebuah kesusksesan masa depan yang bisa integral dengan pertukaran zaman yang kian waktu serasa kecepatannya beriringan dengan detakan jantung dan perubahan pikiran. Sehingga pemimpin STIT, pak Syukri memberikan instruksi “lakukan yang besar dan luarbiasa” untuk mengkaji bahwa STIT Itu Masi kuat untuk berlari sepanjang mungkin.
Oleh: Hermawansyah