Maqasidul hayat Menurut Said Nursi

Meneruskan uraian tentang Said Nursi, ada yang menarik dari apa yang disampaikan oleh Kyai Imam Mawardi bahwa dalam salah satu tema kitabnya, Said Nursi menjelaskan tentang maqasidul hayat, tujuan hidup. Kyai Imam menuturkan bahwa jika saja manusia mengetahui tujuan hidupnya di dunia ini, maka kehidupannya akan selalu diwarnai dengan kebahagiaan dan keindahan. Sebaliknya, manusia yang tidak mengetahui tujuan hidupnya, maka keresahan, gundah gulana, kesusahan dan kesedihan akan selalu mewarnai kehidupannya walau secara fisik ia termasuk manusia tampan tanpa cacat, kaya, hartawan, the have tanpa kekurangan.

lebihb lanjut Kyai Imam menjelaskan bahwa Said Nursi dalam kitabnya menetapkan lima tujuan hidup manusia. Jika kelima hal ini dapat dijalankan secara beriringan, maka dia akan merasakan keindahan dan kenikmatan hidup yang sungguh luar biasa. Dalam tulisan singkat ini, hanya dijelaskan tiga poin terlebih dahulu, yaitu;

Pertama, Said Nursi mengatakan bahwa jika ingin kehidupan kita diwarnai kebahagiaan, keindahan dan kenyamanan, maka pertama-tama kita harus mengenal Tuhan, mengenal Allah, ma’rifatullah. Kalau orang sudah mengenal Allah pasti hidupnya indah, nyaman, tentram dan nikmat. Karena segala seuatu yang ia rasakan, yang ia nikmati dan yang ia hadapi benar-benar diyakini datang dari Allah Swt. Apapun bentuknya, berupa nikmat ataupun cobaan dan musibah, maka diterima dengan lapang dada, dinikmati dengan senang hati.

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak membutuhkan Tuhan hatta orang yang tidak mengakui eksistensi Tuhan sekalipun. Dalam kondisi tertentu, ia pasti akan kembali kepada Tuhan. Suatu misal, ketika seseorang sedang berada dalam pesawat yang hendak terbakar dan jatuh, berada dalam kapal laut yang mau tenggelam, dikejar ular kobra di hutan, tiada sesiapa yang dapat menolongnya, maka dalam kondisi demikian, secara naluriah kemanusiaan, orang itu pasti akan menyerahkan sisa hidupannya kepada kekuatan Yang Maha Agung, siapa lagi kalau bukan Allah Swt., Tuhan pencipta jagat raya. “Oh my god, help me please!, I’m so worried, so afraid”, “wahai Tuhan ku, bantulah aku karena aku sangat khawatir dan takut atas keadaanku!”. Kira-kira seperti itulah kata-kata yang keluar dari mulutnya ketika dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan dan menakutkannya.

Seorang fir’aun yang memiliki segala harta dan tahta duniawi bahkan mengaku jadi Tuhan, meminta pertolongan Allah Swt. dan mengakui kekhilafannya ketika hampir tenggelam di laut merah pada saat mengejar nabi Musa As. Namun pengakuannya tersebut terlambat karena nyawa sudah berada di kerongkongan, selangkah lagi akan keluar dari mulutnya.

Pengakuan terhadap keberadaan Tuhan di alam raya ini adalah fitrah kemanusiaan, bawaan lahir, karena manusia ketika dalam alam arwah sudah berdialog dengan Tuhan, “Alastu bi rabbikum?, balaa syahidna”, bukankah Aku ini rabb kalian, Tuhan kalian?, Arwah itu menjawab, iya Engkau adalah rabb kami, Tuhan kami. Jadi jika kita ingin kehidupan kita ini bahagia, maka kita harus mengenal Tuhan kita secara lebih mendalam.

Kedua, beribadah. Setelah kita mengenal Tuhan, maka langkah selanjutnya adalah beribadah kepada-Nya dengan mengikuti apa-apa yang menjadi perintahnya dan menjauhi apa-apa yang menjadi larangannya, dalam bahasa agama, disebut dengan taqwa kepada Allah Swt.

Karena kita menyadari bahwa ibadah adalah tujuan hidup kita, maka tidak ada alasan untuk bermalas-malasan. Kita harus menikmatinya sepenuh hati karena beribadah kepada Allah Swt. merupakan kebutuhan kita, bukan kebutuhan orang lain apalagi kebutuhan Allah Swt. Allah Swt tidak butuh disembah oleh manusia tapi manusialah yang butuh menyembah Allah Swt. Jika manusia tidak memenuhi kebutuhannya sebaik-baiknya dalam mengerjakan amal saleh, baik kesalehan individual maupun kesalehan sosial, maka sudah pasti menempati kaplingnya di neraka. Sebaliknya, jika kedua kesalehan tersebut dikerjakan sebaik-baiknya, maka sungguh dia akan menikmati kenyamanan hidup di dunia dan akhirat.
Ketiga, bersyukur dan Sabar. Orang yang selalu bersyukur dan sabar atas apa yang dialami, maka dia akan mendapatkan keberuntungan dengan tambahan nikmat yang melimpah dan mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Allah Swt. berfirman dalam Qs. (14), 7:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Memang kadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan senyatanya. Tapi jika kita bersyukur dan menikmati apa yang ada, maka kita akan merasakan kebahagian dan enaknya hidup walaupun kita tinggal digubuk reok dan makan seadanya. Lain halnya, walaupun orang kaya, hidup mewah tapi tidak pandai bersyukur dan tidak sabar dalam menjalani hidup, maka ia selalu merasa kurang dan kurang sehingga ia menggunakan cara apapun agar hajatnya bisa digapai. Orang seperti ini, kalau keinginannya tidak bisa dicapai, maka akan menimbulkan stres yang berkepanjangan sehingga mudah terserang penyakit. Penyakitnya aneh-aneh lagi sehingga membutuhkan pengobatan yang ekstra. Namanya orang kaya tentu tidak memilih dokter sembarangan. Ia akan memilih dokter top yang mahal sehingga banyak menghabiskan anggaran. Kalau bagi orang biasa yang pandai bersyukur, jika sakit mendera, maka cukup disuwuk oleh ustadz, selesai itu barang, hehe. Wallauhu a’alm.

Surabaya, 9 Desember 2018