Nilai Sedekah Infaq dihadapan Tuhan

STIT SUNAN GIRI BIMA, KOTA BIMA. H. Saiful Jazil, M.Ag. dalam sebuah ceramahnya, menguraikan sebuah ayat suci Qs. Al-Munafiquun: 10 yang artinya:

وَأَنفِقُواْ مِن مَّا رَزَقۡنَٰكُم مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَ أَحَدَكُمُ ٱلۡمَوۡتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوۡلَآ أَخَّرۡتَنِيٓ إِلَىٰٓ أَجَلٖ قَرِيبٖ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Dan sebuah hadist Nabi yang artinya: Takutlah api neraka walau dengan sebiji kurma
Ayat dan hadist di atas, dalam pandangannya, mengajarkan kita untuk selalu bersedekah berinfak walaupun dengan sebiji kurma. Karena berinfaq dengan sebiji kurma itu, sebagai disebutkan dalam hadit di atas, dapat mengantarkan kita selamat dari api neraka. Begitu juga, orang-orang yang sudah meninggal dunia, jika saja diberi waktu oleh Allah Swt. untuk hidup lagi, maka amal yang akan mereka lakukan adalah bersedekah sebagaimana kandungan ayat di atas. Artinya sedekah memiliki nilai yang begitu luar biasa dihadapan Allah Swt. tinggal kita mau ndak melakukannya dengan ikhlas karena Allah Swt.

Dalam hal ini, beliau mengutip sebuah kisah, ketika Aisyah membutuhkan seorang budak untuk membantu pekerjaan rumah tangganya, ia meminta ijin kepada Rasulullah Saw. memiliki seorang budak. Ia pun pergi ke pasar (pada saat itu budak masih diperjual belikan). Setelah dipilah-pilih, maka Aisyah jatuh hati pada seorang budak yang ia anggap mampu membereskan urusan rumah tangganya. Ketika budak itu diajak pulang ke rumah Aisyah, Jibril mendatangi Nabi Muhammad Saw. menganjurkan agar budak itu tidak diterima sebagai pembantu dalam rumahnya, karena menurut catatan, budak tersebut adalah ahli neraka. Tidak pantas ahli neraka hidup berdampingan dengan Rasulullah Saw. 

Ketika budak itu sampai di rumah, Nabi melarangnya masuk dengan tidak menerimanya sebagai pembantu di rumah beliau. Nabi memerintahkannya untuk pulang. Namun si budak, bersikeras untuk bekerja di rumah Nabi dengan merengek-rengen dan menangis dengan penuh iba. Tetap saja Nabi menolak permintaan budak itu, bahkan Nabi memberikan jaminan dengan membebaskannya sebagai budak. Untuk menghibur si budak yang disuruh pulang itu, Nabi memberikannya sebiji kurma, sambil berkata: mudah-mudahan sebiji kurma ini dapat mengantarkanmu kepada kebaikan. 

Dengan langkah gontai dan perasaan sedih, sambil menggigit sedikit demi sedikit kurma pemberian Nabi, si budak pergi menelusuri jalan tanpa mengetahui kemana arah tujuannya. Di tengah-tengah perjalanan, si budak bertemu dengan seorang pengemis yang kelaparan dan meminta belas kasihan kepadanya agar diberikan sesuap makanan untuk mengisi perutnya yang kosong. Dengan perasaan iba dan penuh kasihan, si budak memberikan sisa kurma yang digigitnya sejak tadi kepada si pengemis dan si pengemis pun memakan kurma itu dengan penuh gembira. Melihat kelakuan budak itu, Allah Swt. merubah posisi budak yang tadinya ahli neraka menjadi ahli surga. Lalu Jibril pun segera menghadap Nabi Muhammad Saw. memberitahukan agar budak yang dipulangkan tadi, segera dipanggil kembali. Karena saat ini, dia sudah menjadi ahli surga berkat memberikan sisa kurma untuk pengemis yang kelaparan. Begitulah budak itupun dicari sampai ketemu dan akhirnya menjadi pembantu Rasulullah Saw.

Kisah ini mengajarkan kita bahwa sedekah infaq yang dilakukan itu tidak dilihat berapa banyak yang dikeluarkan, tapi seberapa ikhlas infaq sedekah itu kita berikan kepada orang lain. Infaq sedekah yang jumlahnya banyak yang diringi dengan tujuan pamer dan riya’ tidak akan memiliki nilai apa-apa. Memang di hadapan manusia barangkali terlihat waw, heboh tapi dihadapan Allah Swt. tidak punya nilai. Oleh karenanya, mari kita bersedekah ikhlas karena Allah Swt. bukan karena apa-apa. Wallahu a’lam.

Surabaya, 15 Juni 2016